Peninggalan Kerajaan Karang Asem Di Lombok

Peninggalan Kerajaan Karang Asem Di Lombok

Peninggalan Kerajaan Karang Asem Di Lombok

Kerajaan Karang Asem adalah salah satu kerajaan di Pulau Lombok, Indonesia. Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan tradisi, budaya, dan sejarahnya. Artikel ini akan membahas sejarah singkat Kerajaan Karang Asem di Lombok.

Kerajaan Karang Asem terletak di bagian timur Lombok, di wilayah kecamatan Selong, kabupaten Lombok Timur. Kerajaan ini didirikan oleh I Gusti Bagus Jelantik pada tahun 1710. Ia merupakan seorang bangsawan Bali yang melarikan diri dari Bali karena konflik dengan kerajaan Bali.

Setelah tiba di Lombok, I Gusti Bagus Jelantik diundang oleh Raja Lombok saat itu, yaitu Raja Sakti. I Gusti Bagus Jelantik diangkat sebagai patih atau perdana menteri Raja Sakti. Namun, pada suatu saat, I Gusti Bagus Jelantik berusaha untuk merebut tahta Raja Sakti dan gagal. Ia kemudian melarikan diri ke desa Karang Asem dan mendirikan kerajaan baru.

Kerajaan Karang Asem tumbuh dan berkembang dengan pesat di bawah kepemimpinan I Gusti Bagus Jelantik. Ia berhasil mengembangkan pertanian dan perdagangan di wilayah kerajaannya. Selain itu, I Gusti Bagus Jelantik juga berhasil memperkuat hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Lombok.

Setelah I Gusti Bagus Jelantik meninggal, tahta Kerajaan Karang Asem diwariskan kepada putranya, yaitu I Gusti Made Karang Asem. Ia meneruskan kepemimpinan ayahnya dengan baik dan memperkuat hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Lombok. Selain itu, I Gusti Made Karang Asem juga berhasil membangun infrastruktur di wilayahnya, seperti jalan, jembatan, dan irigasi.

Kerajaan Karang Asem terus bertahan hingga masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1894, Belanda menaklukkan Lombok dan mengambil alih kekuasaan di wilayah tersebut. Kerajaan Karang Asem dijadikan salah satu bagian dari daerah kerajaan di Lombok yang dikenal dengan nama Kerajaan Lombok.

Meskipun Kerajaan Karang Asem sudah tidak berdiri lagi, namun tradisi dan budaya yang dimiliki oleh kerajaan tersebut masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Beberapa tradisi yang masih dilestarikan antara lain upacara Nyongkolan dan upacara Bau Nyale.

Nyongkolan adalah upacara yang dilakukan untuk meminta kesuburan tanah dan hasil pertanian yang baik. Upacara ini biasanya dilakukan pada bulan Januari. Sedangkan, Bau Nyale adalah upacara yang dilakukan untuk memperingati legenda Putri Mandalika. Upacara ini dilakukan setiap tahun pada bulan Februari di Pantai Kuta, Lombok.

Dengan begitu, sejarah Kerajaan Karang Asem di Lombok merupakan bagian penting dari sejarah dan kebudaya.

Pura Mayura adalah sebuah pura Hindu yang terletak di Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pulau Lombok, Indonesia. Pura ini dibangun pada abad ke-18 oleh raja dari Kerajaan Karangasem di Bali, I Gusti Ketut Karangasem. Pura Mayura menjadi salah satu tempat wisata yang populer di Lombok karena keindahannya yang memukau.

Pura Mayura memiliki arsitektur yang unik dan menarik. Pintu gerbang utama pura ini dibangun dengan bentuk seperti gajah, yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Di dalam kompleks pura, terdapat sebuah taman yang dikelilingi oleh kolam air yang luas. Kolam air ini disebut dengan Bale Kambang, dan menjadi daya tarik utama dari Pura Mayura.

Bale Kambang dihiasi dengan patung-patung yang indah dan dipenuhi dengan ikan mas. Di sekitar kolam, terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang terbuat dari kayu, seperti Wantilan dan Bale Kulkul. Bangunan ini digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan dan budaya, seperti upacara keagamaan, tarian tradisional, dan pertunjukan seni.

Selain Bale Kambang, Pura Mayura juga memiliki area persembahan dan ruang meditasi yang disebut dengan Bale Pawedan. Di sini, para pemeluk agama Hindu dapat melakukan puja atau bersembahyang. Di bagian belakang Pura Mayura, terdapat bangunan yang disebut dengan Bale Loji. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai tempat istirahat bagi raja dan keluarganya.

Pura Mayura juga memiliki sejarah yang menarik. Menurut legenda, Pura Mayura dulunya digunakan sebagai tempat persidangan dan tempat pengambilan keputusan penting oleh raja-raja di Lombok. Namun, setelah Kerajaan Bali menguasai Lombok, fungsi Pura Mayura berubah menjadi sebagai tempat ibadah Hindu.

Pengunjung yang datang ke Pura Mayura dapat menikmati keindahan arsitektur dan keindahan alam di sekitarnya. Pura ini terbuka untuk umum dan pengunjung dapat memasukinya dengan membayar tiket masuk yang terjangkau. Pura Mayura juga menjadi salah satu tempat yang populer bagi para fotografer dan wisatawan yang ingin mempelajari sejarah dan budaya Hindu di Lombok.

Secara keseluruhan, Pura Mayura adalah salah satu tempat wisata yang menarik di Lombok. Selain keindahan arsitekturnya, pura ini juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting bagi masyarakat Lombok. Bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi Pura Mayura, disarankan untuk menghormati aturan dan kebiasaan yang berlaku di pura tersebut, serta menjaga kebersihan dan ketertiban selama berkunjung.

 

Bantu Share Ya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Artikel Menarik Lainnya